Tidak bisa ditolak, bahwa salah satu program televisi dan produk media beberapa bulan belakangan, yang paling berhasil menarik perhatian publik adalah program apapun yang menampilkan atau mengulas proses sidang kasus Kematian Brigadir Polisi Nofriansyah Yoshua Hutabarat. Nyaris semua produk jadi dari sederet proses panjang persidangan yang biasanya membosankan, dilahap pemirsa televisi, pembaca portal berita daring, hingga tentu saja, warganet. Hal ini menunjukkan setidaknya 2 hal. Masyarakat Indonesia sedemikian rindunya dengan rasa keadilan yang selama ini sumir belaka. Juga, kerinduan penggunaan ruang publik, dalam hal ini media sebagai tempat memperolwh tak hanya hiburan. Tapi juga pemenuhan akan hak-hak dasar rakyat, yaitu keadilan.
Menyaksikan sidang pembacaan vonis kemarin, saya rasa kita
semua sepakat bahwa perhatian kita tidak
bisa lepas begitu saja dengan salah satu terdakwa kasus kematian Brigadir
Nofriansyah Yoshua Hutabarat, alias Brigadir J, Kuat Ma'ruf. Ia yang akhirnya mendapatkan vonis dari Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan pada Selasa 14
Februari 2023. Bertepatan dengan Hari
Valentine, membuat saya jadi langsung
mengira, bahwa gimmick salam metal yang dilakukan Kuat sesaat setelah menerima
vonis kurungan selama 15 tahun untuk dirinya itu, merupakan bentuk ungkapan
cinta.
Bagaimana tidak, seperti yang bisa kita simak. Salah satu
pertimbangan majelis hakim ketika memberi vonis yang hampir dua kali lipat dari
tuntutan jaksa, itu karena sikap Kuat yang disebut kurang sopan saat
persidangan. Mungkin saja. Eh ini mungkin. Kuat akhirnya sadar, bahwa sikapnya
itu langsung dapat ganjaran seketika. Dari 8 tahun menjadi 15 tahun. Lumayan
banyak ya naiknya. Makanya, hal itu bikin Kuat ngasih salam metal, sebagai
ungkapan cinta.
Tak perlu menunggu lama, aksi Kuat Ma'ruf mengacungkan 3
jari ke Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) itu langsung digarap banyak portal media
online. Laporan tentang aksi Kuat itu segera saja memenuhi beranda media
sosial. Meskipun, tidak ada yang tahu pasti, apa maksud pria bertubuh gempal
itu.
Tapi di sini, izinkan saya menganalisis aksi salam metal
Kuat Ma'ruf kepada JPU dari sudut pandang budaya populer. Tentu saja, sebisanya
dan sekenanya. Jangan berharap lebih.
#Hipotesis
Seperti yang sudah saya sebut. Hipotesis saya terkait aksi
yang dilakukan Kuat Ma'ruf adalah ungkapan cinta. Mari kita bedah.
Sejak awal, kita secara sadar mengasosiasikan apa yang
dilakukan Kuat Ma'ruf dengan musik metal. Simbol ini memang kerap dipakai para
pecinta musik keras, dalam konser-konser. Walaupun demikian. Pemakaian simbol
sejatinya tak melulu dilakukan oleh para pelaku atau pecinta musik saja.
Mengutip Jurnal Ilmiah berjudul; "Makna Simbolik Salam Tiga Jari Pada Band
Heavy Metal dan Pada Para Penggemarnya di Surabaya" yang ditulis oleh
Yulius Bastian, dari Prodi Ilmu
Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya, diketahui bahwa salam metal,
yang pada kenyataannya berupa mengacungkan 3 jari yakni jempol, telunjuk dan kelingking
bisa punya arti yang berbeda-beda bergantung pada latar belakang budayanya.
Anton LaVey, misalnya. Pendiri Gereja Setan pada dekade
1980-an, menggunakan salam ini sebagai bentuk penghormatan kepada setan.
Sementara di Afrika Selatan, ada satu budaya yang memercayai
bahwa simbol 3 jari ini bermakna tanda kemakmuran, lantaran simbol 3 jari kerap
dikaitkan dengan hewan ternak. Di budaya China, simbol 3 jari bisa digunakan
sebagai cara untuk menyebutkan angka delapan, hanya dengan 1 tangan saja.
Sementara dalam bahasa isyarat yang biasa digunakan oleh
kawan-kawan tuli atau tuna wicara, baik yang berstandar internasional yakni
American Sign Language (ASL) maupun Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)
simbolisasi kelingking, telunjuk dan jempol merupakan ungkapan untuk kalimat I
Love You.
Artinya, salam metal itu dapat diartikan sebagai ungkapan
cinta. Ya, ungkapan cinta.
#Kesimpulan
Dengan berpedoman pada penjelasan yang terakhir. Marilah
kita berbaik sangka kepada Kuat Ma'ruf dengan memercayai bahwa yang ia lakukan
itu,bukan sebagaimana yang dilakukan Anton LaVey, yang mengacungkan tiga jari
demi untuk memuja setan. Apalagi, mengikuti budaya China, yang menyebut angka
8, dengan jempol telunjuk dan kelingking. Apa iya, Kuat Ma'ruf pengin bilang ke
JPU, kalau vonisnya harusnya 8 tahun saja? Duh.
Apalagi, jika mengikuti budaya di Afrika Selatan yang
menganggap mengacungkan 3 jari salam metal sebagai simbol kemakmuran. Ah
rasanya sulit sekali, untuk bisa dipahami jika memang iya. Maka sekali lagi,
pada bagian ini saya menyimpulkan bahwa yang dilakukan Kuat Ma'ruf memberi
salam metal kepada JPU di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan itu, adalah
ungkapan cinta. Cinta yang bagaimana dan seperti apa? Nah itu, yang perlu
dikonfirmasi ke orangnya langsung. Mudah-mudahan nanti ada ya, di portal berita
online.
#Teori Pendukung
Saya tahu, bahwa penjelasan ini tidak akan begitu saja
diterima. Karenanya, saya menambahkan teori ini sebagai pendukung. Kita sudah
sama-sama sepakat, ya. Bahwa yang dilakukan Kuat Ma'ruf adalah ungkapan cinta.
Tentu saja, ini akan menjadi saling menguatkan karena kebetulan saja, hari di
mana aksi itu dilakukan. Pembacaan vonis dilakukan pada 14 Februari 2023, yang
kita tahu semua itu hari apa. Yak, Hari Tanoe eh Hari Valentine. Hari valentine
biasa dipahami sebagai hari kasih sayang. Maka tidak salah dong, kalau Kuat
Ma'ruf mengungkapkan rasa sayang kepada JPU, yang sudah menuntutnya. Dengan
begitu, setidak-tidaknya dia bisa bertanggungjawab atas kontribusi yang
dilakukannya dalam kasus pembunuhan yang jadi perhatian warga se-Nusantara ini.
Barangkali, itulah mengapa Kuat Ma'ruf merasa perlu
melakukan salam metal kepada JPU.
Samarinda
17 Februari 2023
Halo, nama saya Rusdianto. Lahir dan besar di Kutai
Kartanegara. Sekarang tinggal di Samarinda. Sehari-hari mengabdi sebagai buruh media.
Waktu senggang dipakai untuk menulis juga. Hasil racauan saya,
diterbitkan jadi buku berjudul Kasak
Kusuk Pagebluk. Ya, itu buku pertama saya.