Banjir yang kerap terjadi di Kota Samarinda jadi tantangan tahunan. (Dokumentasi Nur Hamsiah) |
Banjir bukanlah fenomena baru di Kota Samarinda. Sebaliknya, setiap tahun banjir seolah menjadi siklus yang berulang, membawa dampak yang berat bagi masyarakat. Bukan hanya menghambat aktivitas ekonomi, banjir juga mengganggu pendidikan, kesehatan, dan tentunya keselamatan warga. Dalam konteks ini, kita dihadapkan pada pertanyaan besar: mengapa banjir masih menjadi masalah yang belum terselesaikan, dan langkah apa yang bisa diambil untuk meminimalisir dampaknya?
Pertama, kita harus melihat bahwa permasalahan banjir ini tidak hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi dan kondisi geografis Samarinda yang memang terletak di tepian Sungai Mahakam. Banjir di Samarinda juga berkaitan erat dengan tata ruang yang tidak tertata dengan baik. Pembangunan infrastruktur yang masif, sering kali tanpa memperhitungkan aspek ekologis, turut memperburuk sistem drainase kota. Alih fungsi lahan hijau menjadi area pemukiman atau industri, tanpa memprioritaskan area resapan air, menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan air meluap ke pemukiman.
Pemerintah kota memang telah berupaya mengatasi permasalahan banjir, seperti dengan memperbaiki drainase dan meningkatkan kapasitas pompa air di beberapa titik rawan. Namun, upaya ini belum mampu mengatasi banjir secara menyeluruh, terutama pada kawasan yang rawan tergenang setiap kali musim hujan tiba. Pendekatan yang digunakan tampaknya masih bersifat reaktif daripada preventif, seolah hanya berfokus pada penanggulangan sementara, bukan penyelesaian yang jangka panjang dan berkelanjutan.
Untuk mengatasi banjir di Samarinda secara lebih efektif, perlu ada sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Pemerintah perlu meninjau ulang kebijakan tata ruang yang lebih pro-lingkungan, yang mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan. Area hijau harus dipertahankan, bahkan ditambah, untuk membantu menyerap kelebihan air. Selain itu, program pembersihan sungai dan edukasi masyarakat tentang pentingnya tidak membuang sampah sembarangan ke saluran air juga harus menjadi prioritas.
Di sisi lain, partisipasi masyarakat juga sangat penting. Warga perlu mendukung kebijakan pemerintah dengan menjaga kebersihan lingkungan, tidak mendirikan bangunan di daerah aliran sungai, serta mengadopsi gaya hidup yang lebih peduli terhadap lingkungan.
Kota Samarinda harus mengambil langkah berani untuk mengatasi masalah banjir secara komprehensif. Jika kita terus mengabaikan penyebab banjir dan hanya fokus pada penanganan dampak sesaat, maka banjir akan tetap menjadi tantangan setiap tahun. Kota yang maju adalah kota yang warganya tidak hanya terlindungi dari banjir, tetapi juga mampu hidup berdampingan dengan alam secara harmonis. Semoga dengan adanya langkah-langkah konkret dan kesadaran bersama, Kota Samarinda bisa bebas dari banjir dan menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi semua.
_______________________________________________
Nizaratul Ghina, adalah seorang mahasiswa tingkat akhir, di Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda